Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Dandangan Kudus dan prosesinya

gambar sumber : mondes.co.id

Kudus merupakan kota yang terletak di Jawa Tengah, Kota ini berbatasan dengan Demak, Jepara, dan Pati. Selain terkenal dengan menara kudusnya, kota ini juga terkenal dengan budayanya dalam menyambut bulan ramadhan. Salah satu tradisi menyambut ramadhan yang masih lestari hingga kini adalah Dandangan. Dandangan adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Kudus, Jawa Tengah, sebagai bagian dari penyambutan bulan Ramadan. Tradisi ini telah dilakukan selama puluhan tahun dan masih tetap dilestarikan hingga saat ini. Dandangan merupakan sebuah parade yang melibatkan ribuan orang yang mengenakan pakaian tradisional dan membawa berbagai macam tumpeng atau nasi kuning yang dihiasi dengan berbagai macam lauk pauk dan sayuran. Begini sejarah dandangan kudus dan prosesinya.

Sejarah Dandangan

Tidak ada catatan pasti mengenai sejarah awal munculnya tradisi Dandangan di Kudus. Namun, menurut sejarah lisan yang beredar di kalangan masyarakat setempat, Dandangan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pada masa itu, masyarakat Kudus merasa terasing dan tidak diperbolehkan oleh Belanda untuk menjalankan tradisi keagamaan secara terbuka. Dandangan kemudian dijadikan sebagai sarana untuk menyatukan masyarakat Kudus dan menjalankan tradisi keagamaan secara bersama-sama.

Tradisi Dandangan kemudian berkembang menjadi acara yang lebih besar dan meriah pada tahun 1950-an. Pada saat itu, tradisi Dandangan menjadi sarana untuk menunjukkan solidaritas masyarakat Kudus dalam menjalankan ibadah puasa dan merayakan hari raya Idul Fitri. Sejarah dandangan kudus tak lepas dari peran walisongo yang menyebarkan agama islam pada saat itu.

Prosesi Dandangan

Prosesi Dandangan dimulai pada malam hari menjelang bulan Ramadan dengan menggelar doa bersama di Masjid Agung Kudus. Setelah doa, ribuan orang yang mengenakan pakaian tradisional berjalan beriringan membawa tumpeng dan menaiki becak hias yang dihiasi dengan berbagai macam ornamen. Para peserta juga membawa alat musik tradisional seperti kendang, gendang, dan rebana yang dimainkan secara bersama-sama.

Prosesi Dandangan kemudian berkeliling di kota Kudus dan melintasi berbagai tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat, seperti makam para wali atau tokoh agama. Pada setiap tempat yang dilintasi, para peserta Dandangan berhenti sejenak untuk membaca doa dan mendoakan para leluhur dan tokoh agama yang sudah meninggal dunia.

Setelah melintasi berbagai tempat yang sakral, prosesi Dandangan kemudian kembali ke Masjid Agung Kudus untuk melaksanakan sholat tarawih. Setelah sholat tarawih, tumpeng yang dibawa oleh peserta Dandangan dibagikan kepada masyarakat yang hadir.

Dandangan merupakan salah satu tradisi yang khas dan menarik untuk disaksikan di kota Kudus. Tradisi ini menjadi bukti bahwa masyarakat Kudus tetap mempertahankan dan melestarikan tradisi keagamaan mereka dari generasi ke generasi. Itulah sejarah dandangan kudus dan prosesinya.

Posting Komentar untuk "Sejarah Dandangan Kudus dan prosesinya"